IHSG Jeblok: Pelajaran Berharga di Balik Tren Penurunan Pasar Saham Indonesia

Penurunan signifikan ini memicu trading halt pada sesi pertama hari ini, ketika indeks sempat turun lebih dari 8% secara mendadak. 

Situasi ini menunjukkan adanya tekanan kuat di pasar saham, meskipun secara historis tren penurunan sering diikuti oleh potensi rebound. 

Namun, para pelaku pasar perlu waspada dengan kemungkinan terjadinya dead cat bounce, terutama jika level resistance di sekitar 6300 benar-benar menutup gap yang terjadi pada 26 Maret 2025.

Secara teknikal, tren IHSG saat ini masih menunjukkan kecenderungan menurun. Garis support terdekat berada di level 5700 yang telah terlihat sebelumnya sebagai titik pantul sejak low candle pada 20 Mei 2021. 

Meskipun terdapat potensi rebound akibat pergerakan bursa saham di kawasan Eropa dan Asia—seperti Nikkei Jepang yang menguat hingga 6%—analis berpendapat bahwa rebound ini mungkin hanya bersifat sementara. 

Kondisi dead cat bounce ini sering terjadi di tengah sentimen pasar yang negatif, yang dalam hal ini diperparah oleh pemberlakuan tarif resiprokal yang akan diumumkan Trump nanti malam serta pelemahan nilai rupiah ke posisi terendah sepanjang masa.

Para analis dan pelaku pasar mengamati bahwa nasib ekonomi ke depan sangat bergantung pada kejelasan kebijakan dan diplomasi internasional. 

Mengutip pandangan dari GlobalData, kekhawatiran atas perang dagang baru turut memicu kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi global sehingga menghancurkan kepercayaan investor. 

Di tengah fluktuasi nilai IHSG dan gejolak global, penting bagi investor untuk terus memantau perkembangan kebijakan dan perkembangan sentimen internasional guna mengambil keputusan investasi yang tepat.(*)