Maria Corina Machado Sabet Nobel Perdamaian
Font Terkecil
Font Terbesar
Karawang : Pemimpin oposisi Venezuela, MarÃa Corina Machado, dinobatkan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangannya mewujudkan transisi demokratis di negara Amerika Selatan tersebut. (11/10/25)?l
Penghargaan ini memberikan pengakuan kepada seorang wanita yang dinilai “menjaga api demokrasi tetap menyala di tengah kegelapan yang kian pekat.”
Komite Nobel Norwegia menyebut Machado sebagai "tokoh kunci yang mempersatukan" oposisi yang sebelumnya terpecah belah melawan pemerintahan Presiden Nicolás Maduro.
"Selama setahun terakhir, Ibu Machado terpaksa hidup dalam persembunyian," kata Jørgen Watne Frydnes, ketua komite, dalam konferensi pers di Oslo.
"Meskipun ada ancaman serius terhadap nyawanya, ia tetap memilih berada di negaranya, sebuah pilihan yang telah menginspirasi jutaan orang. Ketika otoriter mengambil alih kekuasaan, sangat penting untuk mengakui para pembela kebebasan yang berani bangkit dan melawan."
Mantan calon presiden oposisi yang didiskualifikasi ini menyatakan rasa syukur dan rendah hati atas pengakuan tersebut.
Saat dihubungi oleh Institut Nobel Norwegia, Machado mengatakan: “Ini adalah sesuatu yang layak didapatkan oleh rakyat Venezuela. Saya hanyalah bagian dari gerakan besar. ... Saya merasa rendah hati, bersyukur, dan terhormat tidak hanya atas pengakuan ini, tetapi saya merasa terhormat menjadi bagian dari apa yang terjadi di Venezuela hari ini.”
Machado menambahkan optimismenya bahwa kebebasan sudah di depan mata.
"Saya percaya bahwa kita sangat dekat untuk akhirnya mencapai kebebasan bagi negara kita dan perdamaian bagi kawasan ini," ujarnya, seraya menekankan perjuangan tanpa kekerasan. “Saya yakin dunia sekarang akan memahami betapa mendesaknya untuk akhirnya berhasil.”
Penindasan dan Prahara Pemilu
Pemerintahan Maduro secara rutin menargetkan lawan politiknya. MarÃa Corina Machado, yang pekan ini berusia 58 tahun, seharusnya menjadi penantang utama Maduro dalam pemilihan presiden tahun lalu sebelum didiskualifikasi oleh pemerintah.
Edmundo González, yang kemudian menggantikannya, menjadi subjek penindasan yang meningkat, termasuk penangkapan dan pelanggaran HAM. Setelah Dewan Pemilihan Nasional yang diisi oleh loyalis Maduro menyatakan kemenangan untuk petahana meskipun ada bukti kredibel yang bertentangan, protes meluas dan direspons dengan kekuatan. Kerusuhan ini menewaskan lebih dari 20 orang dan memicu pemutusan hubungan diplomatik dengan beberapa negara, termasuk Argentina.
Sejak Januari, Machado diketahui bersembunyi. Sementara itu, surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk González atas publikasi hasil pemilu, yang berujung pada pemberian suaka politik oleh Spanyol.
Menurut kelompok advokasi HAM Foro Penal, lebih dari 800 orang dipenjara di Venezuela karena alasan politik, termasuk menantu González. Beberapa kolaborator terdekat Machado juga sempat mencari perlindungan di kompleks diplomatik di Caracas sebelum melarikan diri ke AS.
Di Caracas, beberapa warga menyambut berita kemenangan Machado ini dengan kejutan bercampur dukungan.(*)